Sabtu, 30 Oktober 2010

Mode Transportasi Alternatif :Jet Pack

WELLINGTON - Masih ingat dengan baling-baling bambu milik tokoh kartun Doraemon yang bisa membantu Nobita terbang? Atau Anda ingin terbang sendiri seperti di film-film fiksi?

Tak perlu pusing. Kini telah ada Jet Pack, tas punggung dengan teknologi jet yang mampu mengantarkan membawa Anda terbang sendiri. Anda tinggal merogoh isi dompet karena sebuah perusahaan di Selandia Baru telah memproduksinya secara komersil.

Perusahaan Martin Aircraft di Christchurch, Selandia Baru, berencana membuat 500 Jet Pack setiap tahun. Rencananya, per unit Jet Pack bakal dijual 50.000 poundsterling (Rp720 juta). Jet Pack tersebut memiliki kekuatan 200 tenaga kuda dengan dua baling-baling di kanan dan kiri.

Alat tersebut diciptakan Glenn Martin yang mempublikasikan mesin temuannya pertama kali pada Juli tahun lalu. Berat Jet Pack mencapai 254 pon atau 115kg. Untuk menerbangkannya, pengendara tidak perlu memiliki lisensi pilot. Jet Pack mampu terbang sejauh 30 mil dengan durasi 30 menit dalam kondisi tangki bahan bakar penuh.

Dalam tes, model terbaru dapat terbang hingga ketinggian 2.400 meter dan melaju dengan kecepatan 60 mil per jam. Menurut CEO Martin Aircraft Richard Lauder, Jet Pack tersebut sangat tepat digunakan untuk pelayanan darurat, pengguna pribadi, dan kepentingan militer.

"Kita akan memproduksinya ke pasaran," ujarnya. Lauder mengungkapkan tidak akan mengumumkan mitranya dalam pengembangan Jet Pack. Hanya saja, dia mengungkapkan mitranya adalah perusahaan pembuatan pesawat terbang skala internasional.

Gabungan dua perusahaan tersebut akan menjadi perusahaan baru. Perusahaan baru itu akan menguasai 51% saham. Sedangkan Lauder dan penemu Jet Pack Glenn Martin akan ditunjuk dalam sebagai direktur dalam perusahaan baru tersebut.

Sebenarnya, bagi Martin, Jet Pack merupakan titik kulminasi dari mimpinya sejak masih kecil. Ketika masih berusia lima tahun, dia memiliki keinginan untuk mmbuat Jet Pack seperti pahlawan komik atau film seperti Buck Rogers dan James Bond.

"Ternyata, alat itu bekerja lebih baik dibanding yang kami perkirakan," ujar Martin. Dia pun menyatakan, orang di seluruh dunia akan sepakat bahwa Jet Pack adalah peristiwa bersejarah yang langka. Di masa depan, Martin berusaha merampingkan bentuk Jet Pack.

"Jika ada orang berkata bahwa dia tak akan membeli jetpack sampai besarnya seukuran ransel sekolah dan bermesin turbin, oke saja," paparnya.

Sebenarnya Jet Pack dapat mengangkat seorang pilot dengan berat di bawah 60 kilogram selama sekitar 30 menit dengan tangki berisi bensin lima galon. Martin juga sengaja mendesain jetpack itu sesuai dengan definisi kendaraan ultralight yang ditetapkan Federal Aviation Administration, yaitu berat di bawah 115 kilogram dan hanya membawa satu awak.

Dengan desain ultralight ini, berarti pengendaranya tak memerlukan lisensi pilot. Martin memperkirakan Jet Pack mungkin hanya dipakai sebagai mainan kaum berduit. Nantinya, setelah penegak hukum mulai mengenal alat itu, Jet Pack akan digunakan oleh militer, petugas penjaga perbatasan, bahkan tim SAR.

Dengan Jet Pack ini, Martin telah melampaui upaya sejumlah pengusaha lain yang berusaha membuat peralatan serupa selama 50 tahun terakhir, tetapi belum berhasil. Pada masa Perang Dunia II, peneliti Jerman telah bereksperimen dengan teknologi Jet Pack.

Para ilmuwan Bell Labs juga memproduksi alat serupa bertenaga hidrogen peroksida yang mampu terbang selama beberapa detik. Selama enam tahun dan menghabiskan biaya jutaan dolar, sebuah perusahaan California mengembangkan Solo Trek Exo-Skeletor Flying Devices.

Namun dalam uji coba penerbangan pada 2002, alat setinggi 2,4 meter itu hanya mampu melayang beberapa sentimeter dari tanah selama 19 detik.

1 komentar: